Uang Elektronik: Ang Pau Lebaran


Hore….gambar beduk….ada gambar ketupat juga….

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433H ya…Mohon Maaf Lahir dan Batin, Semoga Seluruh Amal Ibadah Kita di Bulan Ramadhan diterima Allah SWT dan kita semua diberi kemudahan untuk bertemu Ramadhan berikutnya…Amin…

Inget dong postingan saya sebelumnya tunai dan non tunai; nah karena edisi Lebarannya si kartu keluar, hei…saya juga bagi-bagi angpau ke ponakan dengan si uang elektronis ini. Seru deh…, dan tentu saja si kembar saya…yang sibuk menerangkan kegunaan kartu ini. Katanya: ini buat bayar parkir, buat bayar tol (walaupun beda kartu ya Neng..:P) dan yang penting buat jajan di ….Mart, oh-oh..baiklah.

Berbicara mengenai si uang elektronis ini membuat pikiran saya melayang 1 tahun lalu, saya embuh dan menolak menggunakan uang elektronis. Toh, kehadiran debet dan kartu kredit sudah cukup mengakomodir saya yang miss non-tunai. Jangan salah ya…saya bisa nyetir mobil dengan uang 2000 asalkan ada kartu debit dan kartu kredit  di dompet. Tapi, sekarang saya mulai terbiasa menggunakannya, untuk transaksi di bawah 100.000, saya beralih ke uang elektronis ini. Sayangnya nih…belum semua merchant punya. Contohnya di tempat saya biasa beli kopi, dan baru saja tadi saya mau beli McD, eh orangnya bilang mesin F****nya rusak (tetot….)

Di buku Moving Money: The Future of Consumer Payments dibilang kalau butuh lompatan satu generasi untuk menggunakan metode pembayaran baru. Ini berlaku bukan hanya untuk consumernya, tapi banking, merchant dan semua pihak. Saya langsung setuju, generasi saya adalah generasi kartu atm/debet. Dan kemudian saya melirik si kembar yang sekarang hobi banget minta saya ke atm: top-up dan kemudian belanja di I***m*** (heuhhh, membantu analisis kerjaan mimi si Nak, tapi kok jadi boros juga ya 😛 #curcol..). To be frank, generasi anak saya adalah generasi convenience store, bukan seperti generasi saya yang jajan di warungan dan minta uang kembalian, hihiii.

Saya pun merasa lebih aman, daripada memberikan uang jajan, lebih baik saya kasih si kartu, saya tau mereka beli apa aja dan kemudian kembaliannya aman. Tapi, setiap mereka abis belanja pasti mereka bilang gini: Mi, saldonya sisa 17.000 (padahal saya baca di struk masih 27.000). Saya pertamanya nggak ngeh, sampai kemarin mereka bilang gak bisa beli magnum karena saldonya 5.400, padahal saya baca masih 15.400. Then,  saya pun teringat cerita saldo minimum 10.000 (dan bergumam lah kan aturannya boleh sampai 0 rupiah). Si kembar saya kasih uang dan beli magnum. Lucunya si kembar bertanya sama Mbak kasir, dan balik ke mobil mereka bilang: Mimi, kata Mbaknya uang 10.000 adalah untuk I***M*** nya, jadi bukan salah bank nya Mi… (karena saya sempat bergumam, ih…Bank M…… gimana sih)

Heummmm…… padahal kan itu uang kita ya…, kenapa masih harus ada uang minimum, @ the end of the day kompetisi akan berbicara….Jadi jenis kartu apa yang Anda miliki 🙂

Leave a comment